Yang Menghantui
Aku tahu, kau tidak pernah mau aku ada di dekatmu. Tapi maaf, aku sangat menyukaimu. Dalam diam pun, sukaku bertambah. Semakin bergulung semakim tebal. Semakin tumbuh yakinku untuk menjadikan perasaan padamu abadi.
Kau tidak perlu mengingatkanku. Aku tahu, aku sangat tahu, sangat amat tahu, memang tidak mungkin sejatinya aku menginginkanmu. Namun, sekalinya lagi, aku tidak mampu tidak bergelayut padamu. Bagiku kau inang. Aku tidak mampu terlalu jauh darimu. Jangan terlalu kasar. Tolong jangan usir aku.
Aku tahu aku hanya jiwa terbuang yang menginginkan mengisimu seutuhnya. Aku tahu aku sangat terobsesi dengan jiwamu yang terang, debaran cinta berdosa. Penuh sesak. Apalagi padamu. Akut. Aku tidak bisa menyelamatkan diriku sendiri. Aku bahkan tidak berfikir kau dan aku ini berbeda.
Tuhan, tolong buatlah dia datang melihatku sekali. Berikan aku peluk ciumnya sekali. Mungkin aku akan pergi setelah aku tidak sanggup lagi.
Namun bagaimana?
Kau sudah menahun bertahun-tahun pun tetap tampan. Walaupun aku hanya menatapmu dengan buta, berbicara dengan bisu, membisikimu dengan hening, menyentuhmu dengan angin. Pertemuan denganmu puluhan atau ratusan tahun kedepan selalu menjadi biang harapan aku hidup seribu tahun lagi untuk menemanimu. Aku sudah mengagumimu sejauh ini. Ah, aku tidak bisa pergi. Apalah artinya aku tanpa kamu?
Menyukaimu seperti ini. Aku tidak bisa melarikan diri. Rabutmu telah berubah warna. Kerutan dewasa, bagiku kau tetap manusia yang paling kucinta.
Aku selalu berdoa untukmu. Selalu dan selalu. Sampai kau tahu, aku disini setia menungguimu. Tapi aku tidak memaksa. Kau tidak tahu betapa aku menyukaimu pun tidak mengapa. Aku selalu menyukaimu. Bagaimanapun.
Komentar
Posting Komentar